Ketum Gereja-gereja Baptis Papua Desak RI Dialog dengan ULMWP
![]() |
Socratez Sofyan Yoman. Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua |
Pacepapushare - Ketua Umum Badan Pelayan Persekutuan
Gereja-gereja Baptis Papua, Socratez Sofyan Yoman, berpendapat tidak ada alasan
bagi pemerintah Indonesia untuk tidak mengakui keberadaan United Liberation
Movement for West Papua (ULMWP) sebagai perwakilan rakyat Papua. Oleh karena
itu ia mendesak RI agar melakukan dialog dengan organisasi tersebut.
“Dibukanya kantor perwakilan ULMWP pada
15 Februari lalu di Wamena, merupakan dinamika dan realitas politik perjuangan
rakyat dan bangsa Papua Barat yang patut diakui dan diterima oleh Pemerintah
Indonesia,” kata Socratez, dalam siaran pers yang diterima oleh
satuharapan.com, di Jakarta, hari ini (21/2).
Ia mengemukakan beberapa alasan
mendasar. Pertama, selama ini pemerintah RI menghindar melakukan dialog dengan
alasan banyak kelompok/faksi sehingga pemerintah sulit untuk duduk berdialog
atau negosiasi.
“Maka sekarang seluruh faksi sudah
bersatu dalam ULMWP. Pemerintah RI tidak ada alasan lagi karena sudah sama-sama
dalam satu kamar, yaitu kamar Melanesian Spearhead Group (MSG),” kata Socratez.
Sebagai catatan Indonesia sejak 2015
menjadi associate member MSG. Ada pun ULMWP berstatus observer.
Alasan kedua, menurut Socratez, ULMWP bukan perwakilan atau perkumpulan orang-orang Papua yang berdiaspora di luar negeri seperti yang dikatakan oleh sebagian pejabat pemerintah. ULMWP, menurut dia, adalah perwakilan dan badan politik yang sah dan memiliki legitimasi kuat dari rakyat dan bangsa Papua Barat.
Alasan kedua, menurut Socratez, ULMWP bukan perwakilan atau perkumpulan orang-orang Papua yang berdiaspora di luar negeri seperti yang dikatakan oleh sebagian pejabat pemerintah. ULMWP, menurut dia, adalah perwakilan dan badan politik yang sah dan memiliki legitimasi kuat dari rakyat dan bangsa Papua Barat.
“Orang-orang yang ada dalam ULMWP
dipilih secara sah oleh rakyat Papua dalam Konferensi Perdamaian Papua (KPP)
pada 5-7Juni 2011 di Auditorium Uncen Jayapura. Mereka yang dipilih adalah
Octovianus Mote, Rex Rumakiek, Benny Wenda, Leoni Tanggahma, Dr. John Otto
Ondowame,” tulis Socratez.
Ketika itu, kata Socratez, KPP dibuka oleh pemerintah RI yaitu oleh Menkopolhukam dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketika itu, kata Socratez, KPP dibuka oleh pemerintah RI yaitu oleh Menkopolhukam dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Sehubungan dengan adanya pernyataan
bahwa pembukaan kantor ULMWP di Wamena tidak ada, Socratez menegaskan bahwa
pembukaan kantor itu benar ada. Ia juga mendapat undangan resmi dari Sekjen
ULMWP, Octovianus Mote untuk hadir pada peresmian kantor ULMWP tersebut.
“Tetapi saya tidak bisa hadir karena ada kegiatan kantor yang tidak bisa saya
tinggalkan,” kata dia, seraya melampirkan fotokopi surat undangan kepadanya.
Menurut Socratez, pemerintah RI
terlambat membendung arus deras masalah Papua yang sudah menjadi persoalan
internasional. Persoalan Papua menjadi persoalan internasional, kata Socratez,
didasarkan pada beberapa alasan krusial, yaitu: pelanggaran HAM berat sebagai
kejahatan negara; kegagalan pembangunan termasuk kegagalan Otsus sebagai solusi
politik; status politik Papua Barat yang tidak jelas dan juga pemusnahan
penduduk asli Papua dalam sistem pemerintah RI. Hal ini, menurut dia, sudah
terbukti melalui berbagai penelitian kredibel.
Sumber: www.satuharapan.com
Post a Comment