Header Ads

Sofyan Yoman: Kehadiran Pastor John Djonga Tepat Sebagai Seorang Gembala

Delegasi Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, Saat menghadiri Konggres Gereja Baptis Sedunia, di Durban Afrika Selatan pada juli 2015. Kanan: Briur Wenda,S.Pd, Pares L Wenda SE,M.Si, Ndumma Socratez Sofyan Yoman,MA, Wilius Kogoya,S.Pd,M.Sc,  dan Leir Wenda,S.Th
suarabaptispapua.org Jayapura, Ketua Umum Badan Pelayan Pusat-Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (BPP-PGBP). Socratez Sofyan Yoman mengatakan kepolisian republik Indonesia salah menilai kehadiran pastor John Djongga saat memimpin ibadah peresmian kantor Dewan Adat Papua wilayah Lapago pada 15 Februari 2016.

“Kehadiran Pastor John Djongga sudah tepat sebagai seorang gembala. Pihak lain menilai, kelompok yang buat kegiatan, kelompok yang bertentangan dengan Negara. Tetapi, gereja, entah itu separatis ka, OPM ka, itu domba,”tegas Yoman kepada jurnalis di ruang kerjanya di Padang Bulan, Abepura, Kota Jayapura, Papua; seperti di lansir tabloidjubi.com. Senin (29/2/2016),

Kata Sokratez, gereja tidak melihat jemaaat dalam kaca mata negara. Negara selalu melihat dan memojokan masyarakat sebagai yang mengangu negara. Tetapi, gereja memandang keberadaan dan perjuangan masyarakat itu kebenaran yang tidak ada larangan, dalam kitab suci sekalipun.

“Geeja mendukung Perjuangan masyarakat itu, karena itu demi masa depan yang lebih, kehidupan yang lebih baik. Gereja tidak larang Papua Merdeka tetapi Gereja larang itu menculik, membunuh, memenjarakan orang atas nama keamanan negara,”tegasnya.

Kata Yoman, kehadiran pastor juga tidak tidak mewakili dirinya sendiri dan organisasinya melainkan mewakili semua gereja. Karena, pastor John bukan membawa Katolik melainkan injil yang diwartakan semua gereja.

“Kami merasa dia mewakili kami. Dia membawa kitab suci, membawa nilai-nilai injil kepada jemaat,”tegasnya. Karena itu, masalah pemanggilan polisi kata dia akan menjadi sorotan semua gereja. “Mereka bikin masalah lain”. Karena, k ata Yoman, Negara sedang berusaha mencampuri urusan gereja yang independen.

Sementara, negara dan gereja itu dua institusi yang berbeda. Negara berdiri atas kesepakatan manusia dan gereja berdasakan otoritas yang ilahi yang tidak diganggu gugat.

Kata Yoman, upaya mencampuri urusan Gereja itu memperlihatakan watak Negara yang sebenarnya. Negera tidak memiiki pemahaman yang baik dan benar soal kitab suci dan gereja yang mewartakan kebenaran. “watak Negara yang kurang bagus,”tegasnya.

Share : Gman-p
Editor

Tidak ada komentar

Bloger. Diberdayakan oleh Blogger.