Socratez Sofyan Yoman: Kalaupun Pelakunya Benar dari OPM, Itu OPM yang Dibina
Socratez Sofyan Yoman (kanan) – Jubi/ Indrayadi TH. |
Jayapura, Jubi – Kasus penembakan yang menimpa empat karyawan PT
Moderen diantaranya Yohanis Tiku atau Anis, Andreas Demena (Operator
Dozer), Daud Demetow Demena (Helper Dozer) dan David Demena (Operator
Excavator) menurut Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan
Gereja-gereja Baptis Papua, Socratez Sofyan Yoman bahwa penembakan
tersebut tidak murni dilakukan OPM.
Hal tersebut disampaikan Socratez dalam rilis yang diterima Jubi,
Kamis (17/3/2016). Apakah benar penembakan itu dari OPM? Apakah OPM
yang berjuang hampir 50 tahun itu untuk menembak mati warga sipil? Dari
mana OPM mendapat senjata dan amunisi? Kalau OPM berjuang untuk
membunuh warga sipil itu patut dipertanyakan.
“Apakah OPM binaan dari aparat keamanan di Papua selama ini? Saya
tidak percaya OPM yang melakukan penembakan ini,” katanya dalam rilis.
Socratez menambahkan, penembakan terhadap warga sipil tidak dapat
dibenarkan dan tidak diterima atas nama dan alasan apapun. Penembakan
empat orang karyawan tersebut adalah kejahatan kemanusiaan dan
pelanggaran Hak Asasi Manusia.
“Menurut saya pelakunya masih dipertanyakan,” ujarnya.
Fakta selama ini menurut Socratez yang melakukan penembakan dan
pembunuhan terhadap warga sipil di pegunungan itu bukan OPM. Kalaupun
pelakunya benar dari OPM, itu OPM yang dibina oleh aparat keamanan
selama ini.
“Mereka (OPM binaan-red) pernah dan sering bilang saya, mereka
dikasih peluru dan dikasih beras dan rokok dan disuruh bikin asap,”
katanya.
“Saya pikir juga aparat keamaan ikut terlibat dengan beberapa tujuan
diantaranya, kriminalisasi perjuangan Papua Merdeka yang sudah ada di
ULMWP yang mendapat dukungan komunitas Internasional dan untuk
menghadapi tekanan dari Pemerintah Kepulauan Salomon dalam Sidang Dewan
HAM PBB pada 15 Maret 2016 di Jenewa,” lanjut Socratez.
Dirinya meyakini bahwa hal tersebut untuk menjadikan Papua Daerah
Operasi Militer (DOM) Jilid II. Tujuan lain adalah untuk mendapat
kepercayaan penuh kepada aparat keamanan untuk melaksanakan pembangunan
jalan di Papua. Menghilangkan kasus penembakan empat siswa pada 8
Desember 2014 di Paniai dan beberapa kasus pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia.
“Memang masalah Papua, pemerintah Indonesia benar-benar tersudut.
Jadi penembakan di Puncak adalah dalam rangka menyudutkan rakyat Papua
yang berjuang dengan damai selama ini yang sudah mendapat simpati dan
dukungan Internasional,” tegas Socratez.
Secara terpisah, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam), Kolonel. Teguh
Pudji Raharjo mengatakan, pola pendekatan TNI sudah mengikuti prosedur
yang diinginkan pemerintah yaitu membantu pembangunan jalan untuk
menembus daerah-daerah yang terpencil.
“Kurang apa lagi TNI kepada masyarakat. Pola pendekatan kami sekarang
sudah sesuai dengan arahan presiden dan panglima TNI dimana TNI harus
bersinegri dengan pemerintah maupun masyarakat, namun ada
kelompok-kelompok yang masih ingin Papua ini tidak maju dan berkembang
seperti daerah lain,” katanya. (Roy Ratumakin)
Share : Voice Gmanp
Post a Comment